Welcome to widhichenilpoenyagaye.blogspot.com


hay...hay....selamat datang di widhichenilpoenyagaye makasih ya yang udah mau mampir..silahkan di baca - baca semoga bermanfaat
salam sayang untuk kalian semua,,
GBU all..

widhiayoe
[Home] [Nasikucing.com] [Facebook [twitter ] [Contact Me]
Photobucket

Friday, July 31, 2009

cinta bagaikan kupu kupu


utak atik,,,,utak atik ga taunya nemu artikel yang bagus banget...thankz ya...


Tambah dikejar,
tambah lari. Tapi kalau dibiarkan terbang, dia akan datang disaat kamu tidak
mengharapkannya. Cinta dapat membuatmu bahagia tapi sering juga bikin sedih,
tapi cinta baru berharga kalau diberikan kepada seseorang yang menghargainya.
Jadi jangan terburu-buru dan pilih yang terbaik.
Cinta bukan bagaimana menjadi pasangan yang “sempurna” bagi seseorang. Tapi
bagaimana menemukan seseorang yang dapat membantumu menjadi dirimu sendiri.
Jangan pernah bilang “I love you” kalau kamu tidak perduli. Jangan pernah
membicarakan perasaan yang tidak pernah ada. Jangan pernah menyentuh hidup
seseorang kalau hal itu akan menghancurkan hatinya. Jangan pernah menatap
matanya kalau semua yang kamu lakukan hanya berbohong.
Hal paling kejam yang seseorang lakukan kepada orang lain adalah membiarkannya
jatuh cinta, sementara kamu tidak berniat untuk menangkapnya…
Cinta bukan “Ini salah kamu”, tapi “Ma’afkan aku”.
Bukan “Kamu dimana sih?”, tapi “Aku disini”.
Bukan “Gimana sih kamu?”, tapi “Aku ngerti kok”.
Bukan “Coba kamu gak kayak gini”, tapi “Aku cinta kamu seperti kamu apa adanya”.
Kompatibilitas yang paling benar bukan diukur berdasarkan berapa lama kalian
sudah bersama maupun berapa sering kalian bersama, tapi apakah selama kalian
bersama, kalian selalu saling mengisi satu sama lain dan saling membuat hidup
yang berkualitas.
Kesedihan dan kerinduan hanya terasa selama yang kamu inginkan dan menyayat
sedalam yang kamu ijinkan. Yang berat bukan bagaimana caranya menanggulangi
kesedihan dan kerinduan itu, tapi bagaimana belajar darinya.
Caranya jatuh cinta: jatuh tapi jangan terhuyung- huyung, konsisten tapi jangan
memaksa, berbagi dan jangan bersikap tidak adil, mengerti dan cobalah untuk
tidak banyak menuntut, sedih tapi jangan pernah simpan kesedihan itu.
Memang sakit melihat orang yang kamu cintai sedang berbahagia dengan orang lain
tapi lebih sakit lagi kalau orang yang kamu cintai itu tidak berbahagia bersama
kamu.
Cinta akan menyakitkan ketika kamu berpisah dengan seseorang lebih menyakitkan
apabila kamu dilupakan oleh kekasihMu, tapi cinta akan lebih menyakitkan lagi
apabila seseorang yang kamu sayangi tidak tahu apa yang sesungguhnya kamu
rasakan.
Yang paling menyedihkan dalam hidup adalah menemukan seseorang dan jatuh cinta,
hanya untuk menemukan bahwa dia bukan untuk kamu dan kamu sudah menghabiskan
banyak waktu untuk orang yang tidak pernah menghargainya. Kalau dia tidak “worth
it” sekarang, dia tidak akan pernah “worth it” setahun lagi ataupun 10 tahun
lagi. Biarkan dia pergi…

Wednesday, July 29, 2009

Jangan menjadi gelas..




Seorang guru mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya

belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di

dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk

tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang

murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.

Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan

gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana

yang diminta.


"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata

Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air

asin.


"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.


"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih

meringis.


Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis

keasinan.


"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat

tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa

bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa

asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah

di hadapan mursyid, begitu pikirnya.


"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil

mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir

danau.


Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan

membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin

dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya

kepadanya, "Bagaimana rasanya?"


"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan

punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber

air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.

Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang

tersisa di mulutnya.


"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"


"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan

meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,

membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.


"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah

dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.

Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus

kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar sesuai

untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang

dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun

demikian. Tidak ada satu pun manusia yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.



"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat

tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya

tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu

jadi sebesar danau."