Welcome to widhichenilpoenyagaye.blogspot.com


hay...hay....selamat datang di widhichenilpoenyagaye makasih ya yang udah mau mampir..silahkan di baca - baca semoga bermanfaat
salam sayang untuk kalian semua,,
GBU all..

widhiayoe
[Home] [Nasikucing.com] [Facebook [twitter ] [Contact Me]
Photobucket

Wednesday, July 29, 2009

Jangan menjadi gelas..




Seorang guru mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya

belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di

dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk

tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang

murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.

Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan

gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana

yang diminta.


"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata

Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air

asin.


"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.


"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih

meringis.


Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis

keasinan.


"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat

tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa

bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa

asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah

di hadapan mursyid, begitu pikirnya.


"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil

mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir

danau.


Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan

membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin

dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya

kepadanya, "Bagaimana rasanya?"


"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan

punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber

air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.

Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang

tersisa di mulutnya.


"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"


"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan

meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,

membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.


"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah

dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.

Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus

kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar sesuai

untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang

dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun

demikian. Tidak ada satu pun manusia yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.



"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat

tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya

tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu itu

jadi sebesar danau."

1 comment:

  1. nil, bagusnya misal kalo kamu coppas. dikasi sumbernya ya... biar gak dianggap membajak sawah

    saran

    ReplyDelete